“Bila selangkah kudatang padamu, seribu langkah Kau datang padaku”.
Alasannya dulu sih mau lahiran, absen tahsin dulu eh tapi malah keterusan sampai Aisyah menginjak usia 9 bulan. Alasannya sih masih adaptasi dengan amanah baru mengurus bayi jadi (kerasanya) ‘ngga sempat’ menghafal quran lagi. Tapi keenakan santai sampai berbulan-bulan lamanya.
Begitu ya.. semakin kita memberikan toleransi pada diri yang ada bisa bubar jalan.
Dan seketika itu, Allah hadirkan lagi rasa rindu untuk belajar lagi. Allah munculkan lagi kerinduan untuk menghafal seayat dua ayat Al-Quran.
Kalau cahaya itu datang, tangkap dan jangan biarkan ia lepas lagi. Kalau keinginan belajar dan menghafal quran itu muncul, maka lakukan sekarang jangan tunda waktu lagi.
Kalau menunggu datangnya waktu luang untuk belajar dan menghafal quran maka kesempatan itu tidak akan pernah datang. Seharusnya malah ‘Luangkanlah Waktu untuk Al-Quran’.
Dengan bismillah, saya pun mulai lagi menghafal dengan mengulang surah surah yang sudah pernah saya hafal sebelumnya.
Karena Aisyah masih usia ASI dan belum bisa ditinggal, kami mengikuti program privat tahsin keluarga dengan mendatangkan ustadz ke rumah dari lembaga Tahsin yang dulu kami pernah ikuti sebelumnya.
Meski dalam hati ingin sekali meneledani ulama-ulama terdahulu, dimana para murid yang mendatangi gurunya untuk mencari ilmu, bukan malah gurunya yang mendatangi muridnya.
Mudah mudahkan Allah mampukan selanjutnya untuk bisa meneladi mereka. Dan, Jazakalloh Ayah, mudah-mudahan Allah makin berkahi dan tambah rizkinya ya. Aamiin.
Karena yang paling susah dari menghafal itu bukan dari metode atau teknik menghafalnya melainkan istiqomah untuk menghafal itu sendiri. Seringkali, sekarang dan esok semangat, lusa sudah loyo lagi.
Jadi selain faktor hati untuk bisa istiqomah, berada dalam lingkungan yang satu frekuensi bisa menjadi salah satu ikhtyar untuk bisa istiqomah. Jadi bergabung dalam grup tahfidz (meskipun) online harapannya bisa menegakkan semangat yang masih sering naik turun ini.
Sebenarnya memang sangat lebih baik jika bisa mengikuti kelas tahfidz offline atau bahkan halaqah tahfidz. Tapi untuk saat ini, belum menemukan lembaga tahfidz yang lokasinya cukup terjangkau dari rumah.
Tak apa, yang penting kita sudah ikhtyar dari pada tidak sama sekali ya kan?
Siapa tau dari ikhtyar yang kecil ini justru menjadi jalan Allah teguhkan hati ini untuk istiqomah menghafal quran. Aaamiin.
Dan alhamdulillah, kegiatan (meski) online ini membantu sekali untuk bisa konsisten setoran hafalan.
MashaaAllah. Karena memang saya tidak memiliki latar belakang keluarga dari pesantren, jadi pengetahuan mengenai sanad dan ilmu-ilmu alquran sangat terbatas. Apalagi bisa mendapatkan ilmunya langsung dari pewaris Rasulullah, sama sekali tidak pernah terpikir sebelumnya.
Ya Allah, rasanya kesempatan ini datang sendiri menghampiri. Saya yakin tidak ada kebetulan dalam hidup ini. Semua ada yang sudah mengaturnya.
Alhamdulillah, Allah pun dengan taqdirNya membuat saya mampu menyetorkan hafalan matan kitab Tajwid Tuhfatul Athfal ke Syeikh dan Talaqqi surah Alfatihah langsung dengan beliau. Pengalaman yang luar biasa buat saya.
Betapa satu kebaikan yang kita lakukan bisa membuat pintu kebaikan yang lain terbuka. Tidak hanya satu. Bisa lebih dan berkelanjutan.
Kebaikan yang saya mulai hanya satu, mulai mendekat lagi kepada Al quran dengan mulai menghafal AlQuran kembali. Kemudian Allah bukakan pintu untuk bisa belajar tahsin, pintu kegiatan tahfidz online dan pintu menuntut ilmu dengan Syeikh. Yang beberapa diantaranya bahkan saya tidak berusaha dan terpikir mencari kunci pintunya, tapi Allah berikan begitu saja.
Dan next, pintu kebaikan apa lagi ya yang akan Allah buka? Who knows? 😊😊